Prima, pemuda usia duapuluhan yang telah berani mengambil keputusan terpenting dalam hidupnya. Menikah diusia muda, usia dimana dalam masa-masa itu masih banyak petualangan yang belum sempat ia jelajahi.
Seorang Chinese, yang mau menikah karena tertarik dengan seorang gadis dengan agama yang ia anggap sebagai penerang dalam hidupnya. Ia sudah mencintai gadis itu dan Ia harus segera menikahinya sebelum terjadi pelanggaran karena Cinta.
Dalam usia yang masih belia, ia bertekad bekerja apa saja asal halal sehingga bisa menafkahi istri dan anaknya yang telah lahir pula. Tidak banyak penghasilan yang Ia peroleh, sehingga masih saja belum cukup untuk memenuhi kebutuhan selain kebutuhan pokok. Namun seorang Prima tidak pernah menyerah. Diwajahnya terpantul rasa ikhlas dan sabar, meskipun dia dalam mendidik anaknya sungguh tegas tapi lembut.
Hingga suatu hari, si Ochin ( panggilan anaknya Prima karena matanya sipit seperti Oshin … ) menangis minta sesuatu yang bagi Prima sungguh mahal dan saat itu tidak mungkin baginya untuk menuruti kemauan anaknya. Serangkaian bujuk rayu dilancarkan oleh Ibunda, nenek bahkan kakeknya turut membujuk. Entah kenapa hari itu si Ochin sulit sekali didiamkan, seakan-akan hatinya begitu keras dan tidak mau mendengar segala macam bujuk rayu ( Dasar memang masih anak kecil ).
Semua akhirnya menyerah tidak tahu apalagi yang harus dilakukan untuk menghentikan tangis si Ochin. Bunda memandang penuh harap kepada Prima dan seakan mengatakan, ” apa yang harus kita lakukan ?”
Dengan tenang, Prima menghampiri Ochin. Dengan lembut tangannya menggapai tangan Ochin, ditariknya perlahan kedalam pelukannya sambil membisikkan kata-kata yang membuat si Ochin diam dan penuh perhatian padanya.
” Papa punya sesuatu buat Ochin … “
” Papa punya apa ?” tanya Ochin antusias sambil sesekali menghapus air matanya.
” Papa punya Cinta sama pelukan …. ” jawab Prima dengan lembut sambil memeluk hangat buah hatinya
” Satu lagi … coba tebak, apa hayoooo ?” katanya selanjutnya melihat respon Ochin yang mulai respek padanya
” Apa ? Papa punya apalagi ?” tanya Ochin dengan mimik penasaran
” Papa punya cerita …. bla..bla ….bla….bla….bla ….. “
Akhirnya Ochin diam dalam ketenangan mendengarkan cerita Papanya, Seorang pemuda belia yang berani memutuskan menikah karena AGAMA.

Tidak ada komentar:
Posting Komentar